RSS

Arsip Bulanan: Agustus 2009

PERCERAIAN MENINGKAT 100%

Kasus Perceraian Melonjak 40 Persen
Sabtu, 15 Agustus 2009 09:22
Jakarta, NU Online
Dalam lima tahun terakhir kasus perceraian meningkat lebih dari 40 persen. Sementara pada lima tahun lalu angka perceraian masih di bawah 100 ribu, tetapi kini mencapai sekitar 200 ribu.

“Sekitar dua juta pasangan menikah setiap tahun, di sisi lain sekitar 200 ribu pasangan juga bercerai setiap tahun.Angka perceraian 10 persen dari angka pernikahan ini besar sekali,” kata Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag, Nasaruddin Umar sebelum Pemilihan Keluarga Sakinah dan Kantor Urusan Agama (KUA) Teladan tingkat Nasional di Jakarta, Jumat (14/8) malam.

Menurut Katib Aam PBNU ini, hampir 70 persen justru istri yang menceraikan suami (gugat cerai) dan hanya 30 persen suami yang menceraikan. “Ini karena perempuan semakin pintar, semakin mapan, dilindungi oleh berbagai UU, dan semakin sadar akan perlunya menyuarakan kesetaraan gender dan hak-haknya,” kata Dirjen.

Perceraian terjadi karena 13 kriteria, antara lain, ketidakcocokan, kekerasan dalam rumah tangga, poligami, masalah ekonomi, nikah di bawah tangan, salah satu pasangan menjadi TKI atau jarak usia yang terlalu jauh.

“Bahkan faktor politik kini berperan cukup besar misalnya suaminya memilih yang satu, si istri memilih yang lain. Faktor politik ini dari mulai pemilihan di tingkat desa, hingga provinsi dan nasional,” katanya.

Namun demikian, pada 2009, kurva kenaikan angka perceraian mulai turun. Menurut dia, karena kenaikan lima tahun terakhir merupakan dampak dari reformasi, sementara sekarang kondisi sudah mulai normal.

Nasaruddin mengatakan, untuk mengatasi berbagai kasus rumah tangga ini Depag akan mengedakan kursus pra nikah, sehingga setiap pasangan yang menikah harus memiliki sertifikat. “Sekarang banyak suami istri tidak tahun mandi junub itu apa,” katanya sambil menambahkan bahwa saat ini pihaknya sedang menggodog peraturan mengenai hal itu.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan, KUA ke depan akan semakin fungsional dengan mengerjakan fungsi ganda, selain melayani keluhan masalah rumah tangga, juga dibebani urusan ibadah haji juga.

“Mereka ini sangat sentral di daerah-daerah, khususnya daerah terpencil, di mana masyarakat menganggap KUA mampu menyelesaikan berbagai persoalan rumah tangga mereka. Pengurus KUA harus dihargai,” katanya. (ant/mad)

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 15 Agustus 2009 inci Staqofah

 

HADIS ISBAL

Tahrij Isbal
(( إذا صليتم ، فارفعوا سبلكم . فكل شئ أصاب الأرض من سبلكم ، ففي
النار )) . (1)
– ضعيف جداً .
أخرجه ابن حبان في (( المجروحين )) ( 2/ 118) معلقاً ، ووصله البخاري في (( الكبير )) ( 3/ 2/ 402) والطبراني في (( المعجم الكبير )) ) ج 11/ رقم 11677) ، والعقيلي في (( الضعفاء )) ( ق 171/ 2) ، وابن عدي في (( الكامل )) ( 1891/ 5) من طريق أبي نعيم ، عن عيسى بن قرطاس ، عن عكرمة ، عن ابن عباس مرفوعاً فذكره .
قلت : وهذا سند واه . وابن قرطاس تركه النسائي وغيره ؛ بل كذبه الساجي وقال ابن معين : (( لا يحل لأحد أن يروى عنهُ )) . قالَ العقيلي : (( وقدْ روى في كراهية السبل ، أحاديث من غير هذا الوجه صالحة الأسانيد )) أ . ه‍ .
أما إسبال الإزار ، فإنه لا يجوز للمسلم فعله ، وقد صح عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم النهى عن ذلك في غير ما حدث ، كما أشار العقيلي . فمن ذلك :
عن أبي هريرة مرفوعاً : (( ما أسفل الكعبين من الإزار ، ففي النار )) . أخرجه البخاري ( 10/ 256- فتح ) ، والنسائي ( 8/ 207) ، وأحمد ( 2/ 410، 461) وأبو نعيم في (( الحلية )) ( 7/ 192) ، والخطيب ( 9/ 385) ، والبغوي في (( شرح السنة )) ( 12/ 12) .
عن أبي جرى ، جابر بن سليم أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال له : (( وارفع إزارك إلى نصف الساق ، فإن أبيت ، قال الكعبين . وإياك وإسبال الإزار ، فإنها من المخيلة )) أخرجه أبو داود ( 4084)، والترمذي ( 2722) ، وأحمد ( 5/ 63، 64) ، وابن حبان ( 1450) ، والطحاوي في (( المشكل ))
(4/ 324) ، والبيهقي ( 10/ 236) ، والبغوي ( 13/ 82- 84) بسند صحيح .
عن المغيرة بن شعبة قال : رأيت رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم آخذ بحجزه سفيان ابن أبي سهل ، فقال : (( يا سفيان ، لا تسبل إزارك ، فإن الله لا يحب المسبلين )) ، . أخرجه ابن ماجة ( 3574) ، = =وابن حبان ( 1449) ، وأحمد ( 4/ 246، 250) من طريق شريك ، عن عبد الملك بن عمير ، عن حصين بن قبيصة ، عن المغيرة به . وسنده حسن في الشواهد . أما البوصيري رحمه الله ، فصححه !! كما في (( الزوائد )) .

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 11 Agustus 2009 inci Hadis

 

7 HARI DAN 40 HARI UNTUK ORANG MENINGGAL DUNIA

NU.online
Doa pada 7 atau 40 Hari Setelah Kematian
08/01/2008
Sudah menjadi tradisi orang NU, kalau ada keluarga yang meninggal, malam harinya ada tamu-tamu yang bersilaturrahim, baik tetangga dekat maupun jauh. Mereka ikut belasungkawa atas segala yang menimpa, sambil mendoakan untuk yang meninggal maupun yang ditinggalkan.
Selain bersiap menerima tamu, sanak keluarga, handai tolan, dan keluarga dekat, pada hari kedua sampai ketujuh, mereka akan mengadakan bacaan tahlil dan do’a yang dikirimkan kepada yang sudah meninggal dunia. Soal ada makanan atau tidak, bukan hal penting, tapi pemanfaatan pertemuan majelis silaturrahim itu akan terasa lebih berguna jika diisi dengan dzikir.
Sayang, bagi orang-orang awam yang kebetulan dari keluarga miskin, mereka memandang sajian makanan sebagai keharusan untuk disajikan kepada para tamu, padahal substansinya sebenarnya adalah bacaan tahlil dan do’a adalah untuk menambah bekal bagi si mayit.
Kemudian, peringatan demi peringatan itu menjadi tradisi yang seakan diharuskan, terutama setelah mencapai 40 hari, 100 hari, setahun (haul), dan 1000 hari. Semua itu berangkat dari keinginan untuk menghibur pada keluarga yang di tinggalkan sekaligus ingin mengambil iktibar bahwa kita juga akan menyusul (mati) di kemudian hari.
Dalil yang dapat dibuat pegangan dalam masalah ini adalah:
قَالَ طَاوُسَ: إنَّ الْمَوْتَى يُفْتِنُوْنَ فِي قُبُوْرِهِمْ سَبْعًا فَكَانُوْا يَسْتَحِبُّوْنَ أنْ يُطْعِمُوْا عَنْهُمْ تَلْكَ اْلأيّاَمِ إلَى أنْ قَالَ عَنْ عُبَيْدِ ابْنِ عُمَيْرِ قَالَ: يُفْتِنُ رَجُلانِ مُؤمِنٌ وَمُنَافِقٌ فَأمَّا الْمُؤمِنُ فَيُفْتِنُ سَبْعًا وَأمَّا الْمُناَفِقُ فَيُفْتِنُ أرْبَعِيْنَ صَبَاحًا
Imam Thawus berkata: Seorang yang mati akan beroleh ujian dari Allah dalam kuburnya selama 7 hari. Untuk itu, sebaiknya mereka (yang masih hidup) mengadakan jamuan makan (sedekah) untuknya selama hari-hari tersebut. Sahabat Ubaid ibn Umair berkata: “Seorang mukmin dan seorang munafiq sama-sama akan mengalami ujian dalam kubur. Bagi seorang mukmin akan beroleh ujian selam 7 hari, sedang seorang munafiq selama 40 hari di waktu pagi.” (Al Hawi lil Fatawa as Suyuti, Juz II hal 178)
Jika suatu amaliyah atau ibadah sudah menjadi keputusan atau atsar atau amal sahabat (dalam hal ini Tاawus) maka hukumnya sama dengan hadits mursal yang sanadnya sampai kepada Tabi’in, dan dikatagorikan shahih dan telah dijadikan hujjah mutlak (tanpa syarat). Ini menurut tiga imam (Maliki, Hanafi, Hambali).
Sementara Imam Syafi’i hanya mau berhujjah dengan hadits mursal jika dibantu atau dilengkapi dengan salah satu ketetapan yang terkait dengannya, seperti adanya hadits yang lain atau kesepakatan sahabat. Dalam hal ini, seperti disebut di atas, ada riwayat dari Mujahid dan dari Ubaid bin Umair yang keduanya dari golongan Tabi’in, meski mereka berdua bukan sahabat.
Maksud dari kalimat فَكَانُوْا يَسْتَحِبُّوْنَ atau “sebaiknya mereka” dalam keterangan di atas adalah bahwa orang-orang di zaman Nabi Muhammad SAW melaksanakan hal itu, sedang Nabi sendiri tahu dan mengafirmasinya. (Al Hawi lil Fatawa as Syuyuti, Juz II hal 183)
KH Munawwir Abdul Fattah
Pengasuh Pesantren Krapyak Yogyakarta

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 11 Agustus 2009 inci Fiqih

 

NU TIDAK TAKUT HADAPAI WAHABI

KH Nuril Huda: NU Tak Gentar Hadapi Wahabi
Senin, 10 Agustus 2009 14:01
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), KH A. Nuril Huda, saat memberikan taushiyah dalam acara silaturrahim alumni dan haul masyayikh Pondok Pesantren Lirboyo di Jakarta mengungkapkan rasa kesalnya terhadap kelompok Islam yang gemar menganggap sesat berbagai tradisi keislaman yang dijalankan oleh masyarakat NU.

Menurutnya, kelompok Islam yang identik dengan aliran Wahabi ini gemar melakukan propaganda di basis-basis warga NU. Mereka mengatakan bahwa tradisi tahlil, haul, ziarah kubur dan berbagai tradisi keislaman Nusantara lainnya tidak ada tuntunannya dalam Islam. Propaganda ini dinilai sangat mengganggu.

“Saya pernah mengatakan, mestinya mereka menyampaikan hal itu (baca: propaganda) di hadapan menteri agama, kita kan punya pemimpin, jangan ngomong di kampung-kampung karena ini meresahkan masyarakat,” katanya dalam acara alumni Pesantren Lirboyo di Gedung Serbaguna Kelurahan Pejagalan, Penjaringan. Jakarta Utara, Ahad (9/8).

Menurutnya, propaganda ini tidak pantas dan hanya kan mencerai-beraikan umat Islam di Indonesia. ”Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa setan tak akan berputus asa menceraiberaikan uamt Islam. Lagi pula menjelekkan sesama muslim itu fasik,” katanya.

Menurut Kiai Nuril, kelompok yang tidak senang dengan tradisi keislaman warga NU lebih baik melakukan klarifikasi dan dialog dengan para kiai dan pengurus NU. Cara ini dinilai lebih elegan dan lebih bijaksana.

“Kalau mereka merasa benar sendiri silakan datang ke PBNU. Mari kita berdialog. NU tak gentar menghadapi Wahabi. Akan kita jelaskan dalil-dalil rinci dari setiap ibadah yang kita lakukan. Kita ini bukan orang bodoh. Kalau soal kitab kuning mungkin kita lebih lebih banyak dari mereka yang rata-rata hanya membaca buku terjemahan,” kata kiai Nuril yang juga alumni Pesantren Langitan, Tuban.

Sementara itu, silaturrahim alumni Pesantren Lirboyo itu sendiri bertema ”Berjuang Membangun Ukhuwah ala Ahlissunnah wal Jam’ah.” Acara silaturrahim ini didahului dengan istighotsah dan wiridan khas Pondok Pesantren Lirboyo, serta pembacaan hizib nashor yang dipimpin oleh Gus An’im Lirboyo. (nam)

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 11 Agustus 2009 inci Staqofah

 

TARHIB RAMADHAN

15 ALASAN MERINDUKAN RAMADHAN

Seperti seorang kekasih, selalu diharap-harap kedatangannya. Rasanya tak ingin berpisah sekalipun cuma sedetik. Begitulah Ramadhan seperti digambarkan sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah, “Andaikan tiap hamba mengetahui apa yang ada dalam Ramadhan, maka ia bakal berharap satu tahun itu puasa terus.”
Sesungguhnya, ada apanya di dalam Ramadhan itu, ikutilah berikut ini:

1. Gelar taqwa
Taqwa adalah gelar tertinggi yang dapat diraih manusia sebagai hamba Allah. Tidak ada gelar yang lebih mulia dan tinggi dari itu. Maka setiap hamba yang telah mampu meraih gelar taqwa, ia dijamin hidupnya di surga dan diberi kemudahan-kemudahan di dunia. Dan puasa adalah sarana untuk mendapatkan gelar taqwa itu.

“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS al-Baqarah: 183) Kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah kepada hambanya yang taqwa, antara lain:

A. Jalan keluar dari semua masalah
Kemampuan manusia amat terbatas, sementara persoalan yang dihadapi begitu banyak. Mulai dari masalah dirinya, anak, istri, saudara, orang tua, kantor dan sebagainya. Tapi bila orang itu taqwa, Allah akan menunjukkan jalan berbagai persoalan itu. Bagi Allah tidak ada yang sulit, karena Dialah pemilik kehidupan ini.
“…Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. Ath Thalaaq: 2)
“…Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath Thalaaq: 4)

B. Dicukupi kebutuhannya
“Dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya….”(QS. Ath Thalaaq: 3)

C. Ketenangan jiwa, tidak khawatir dan sedih hati
Bagaimana bisa bersedih hati, bila di dalam dadanya tersimpan Allah. Ia telah menggantungkan segala hidupnya kepada Pemilik kehidupan itu sendiri. Maka orang yang selalu mengingat-ingat Allah, ia bakal memperoleh ketenangan.

“Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-KU, maka barangsiapa bertaqwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. al-A’raaf: 35)

2. Bulan pengampunan
Tidak ada manusia tanpa dosa, sebaik apapun dia. Sebaik-baik manusia bukanlah yang tanpa dosa, sebab itu tidak mungkin. Manusia yang baik adalah yang paling sedikit dosanya, lalu bertobat dan bernjanji tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi.

Karena dosa manusia itu setumpuk, maka Allah telah menyediakan alat
penghapus yang canggih. Itulah puasa pada bulan Ramadhan. Beberapa hadis menyatakan demikian, salah satunya diriwayatkan Bukhari Muslim dan Abu Dawud, “Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanannya dan karena mengharap ridha Allah, maka dosa-dosa sebelumnya diampuni.”

3. Pahalanya dilipatgandakan
Tidak hanya pengampunan dosa, Allah juga telah menyediakan bonus pahala berlipat-lipat kepada siapapun yang berbuat baik pada bulan mulia ini. Rasulullah bersabda, “Setiap amal anak keturunan Adam dilipatgandakan. Tiap satu kebaikan sepuluh lipad gandanya hingga tujuh ratus lipat gandanya.” (HR. Bukhari Muslim).

Bahkan amalan-amalan sunnah yang dikerjakan pada Ramadhan, pahalanya dianggap sama dengan mengerjakana amalan wajib (HR. Bahaiqi dan Ibnu Khuzaimah). Maka perbanyaklah amal dan ibadah, mumpung Allah menggelar obral pahala.

4. Pintu surga dibuka dan neraka ditutup
“Kalau datang bulan Ramadhan terbuka pintu surga, tertutup pintu neraka, dan setan-setan terbelenggu.”(HR Muslim)

Kenapa pintu surga terbuka? Karena sedikit saja amal perbuatan yang dilakukan, bisa mengantar seseorang ke surga. Boleh diibaratkan, bulan puasa itu bulan obral. Orang yang tidak membeli akan merugi. Amal sedikit saja dilipatgandakan ganjarannya sedemikian banyak. Obral ganjaran itu untuk mendorong orang melakukan amal-amal kebaikan di bulan Ramadhan. Dengan demikian otomatis pintu neraka tertutup dan tidak ada lagi kesempatan buat setan menggoda manusia.

5. Ibadah istimewa
Keistimewaan puasa ini dikatakan Allah lewat hadis qudsinya, “Setiap amalan anak Adam itu untuk dirinya, kecuali puasa. Itu milik-Ku dan Aku yang membalasnya karena ia (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.” (HR Bukhari Muslim)

Menurut Quraish Shihab, ahli tafsir kondang dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, puasa dikatakan untuk Allah dalam arti untuk meneladani sifat-sifat Allah. Itulah subtansi puasa.

Misalnya, dalam bidang jasmani, kita tahu Tuhan tidak beristri. Jadi ketika berpuasa dia tidak boleh melakukan hubungan seks. Allah tidak makan, tapi memberi makan. Itu diteladani, maka ketika berpuasa kita tidak makan, tapi kita memberi makan. Kita dianjurkan untuk mengajak orang berbuka puasa. Ini tahap dasar meneladani Allah.

Masih ada tahap lain yang lebih tinggi dari sekedar itu. Maha Pemurah adalah salah satu sifat Tuhan yang seharusnya juga kita teladani. Maka dalam berpuasa, kita dianjurkan banyak bersedekah dan berbuat kebaikan. Tuhan Maha Mengetahui. Maka dalam berpuasa, kita harus banyak belajar. Belajar bisa lewat membaca al-Qur’an, membaca kitab-kitab yang bermanfaat, meningkatkan pengetahuan ilmiah.

Allah swt setiap saat sibuk mengurus makhluk-Nya. Dia bukan hanya mengurus manusia. Dia juga mengurus binatang. Dia mengurus semut. Dia mengurus rumput-rumput yang bergoyang. Manusia yang berpuasa meneladani Tuhan dalam sifat-sifat ini, sehingga dia harus selalu dalam kesibukan.

Perlu ditekankan meneladani Tuhan itu sesuai dengan kemampuan kita sebagai manusia. Kita tidak mampu untuk tidak tidur sepanjang malam, tidurlah secukupnya. Kita tidak mampu untuk terus-menerus tidak makan dan tidak minum. Kalau begitu, tidak makan dan tidak minum cukup sejak terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari saja.

6. Dicintai Allah
Nah, sesesorang yang meneladani Allah sehingga dia dekat kepada-Nya. Bila sudah dekat, minta apa saja akan mudah dikabulkan. Bila Allah telah mencintai hambanya, dilukiskan dalam satu hadis Qudsi, “Kalau Aku telah mencintai seseorang, Aku menjadi pendengaran untuk telinganya, menjadi penglihatan untuk matanya, menjadi pegangan untuk tangannya, menjadi langkah untuk kakinya.” (HR Bukhari)

7. Do’a dikabulkan
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, katakanlah bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang berdo’a apabila dia berdo’a, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku.” (QS. al-Baqarah: 186)

Memperhatikan redaksi kalimat ayat di atas, berarti ada orang berdo’a tapi sebenarnya tidak berdo’a. Yaitu do’anya orang-orang yang tidak memenuhi syarat. Apa syaratnya? “maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku.”

Benar, berdo’a pada Ramadhan punya tempat khusus, seperti dikatakan Nabi saw, “Tiga do’a yang tidak ditolak; orang berpuasa hingga berbuka puasa, pemimpin yang adil dan do’anya orang teraniaya. Allah mengangkat do’anya ke awan dan membukakan pintu-pintu langit. ‘Demi kebesaranKu, engkau pasti Aku tolong meski tidak sekarang.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Namun harus diingat bahwa segala makanan yang kita makan, kecucian pakaian, kesucian tempat, itu punya hubungan yang erat dengan pengabulan do’a. Nabi pernah bersabda, ada seorang yang sudah kumuh pakaiannya, kusut rambutnya berdo’a kepada Tuhan. Sebenarnya keadaannya yang kumuh itu bisa mengantarkan do’anya dia diterima. Tapi kalau makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya yang dipakainya terambil dari barang yang haram, bagaimana bisa dikabulkan doa’nya?

Jadi do’a itu berkaitan erat dengan kesucian jiwa, pakaian dan makanan. Di bulan Ramadhan jiwa kita diasah hingga bersih. Semakin bersih jiwa kita, semakin tulus kita, semakin bersih tempat, pakaian dan makanan, semakin besar kemungkinan untuk dikabulkan do’a.
8. Turunnya Lailatul Qodar
Pada bulan Ramadhan Allah menurunkan satu malam yang sangat mulia. Saking mulianya Allah menggambarkan malam itu nilainya lebih dari seribu bulan (QS. al-Qadr). Dikatakan mulia, pertama lantaran malam itulah awal al-Qur’an diturunkan. Kedua, begitu banyak anugerah Allah dijatuhkan pada malam itu.

Beberapa hadits shahih meriwayatkan malam laulatul qodar itu jatuh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Seperti dirawikan Imam Ahmad, “Lailatul qadar adalah di akhir bulan Ramadhan tepatnya di sepuluhb terakhir, malam keduapuluh satu atau duapuluh tiga atau duapuluh lima atau duapuluh tujuh atau duapuluh sembilan atau akhir malam Ramadhan. Barangsiapa mengerjakan qiyamullail (shalat malam) pada malam tersebut karena mengharap ridha-Ku, maka diampuni dosanya yang lampau atau yang akan datang.”

Mengapa ditaruh diakhir Ramadhan, bukan pada awal Ramadhan? Rupanya karena dua puluh malam sebelumnya kita mengasah dan mengasuh jiwa kita. Itu adalah suatu persiapan untuk menyambut lailatul qodar.

Ada dua tanda lailatul qadar. Al Qur’an menyatakan, “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat JIbril dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan / kedamaian sampai terbit fajar. (QS al-Qadr: 4-5)

Malaikat bersifat gaib, kecuali bila berubah bentuk menjadi manusia. Tapi kehadiran malaikat dapat dirasakan. Syekh Muhammad Abduh menggambarkan, “Kalau Anda menemukan sesuatu yang sangat berharga, di dalam hati Anda akan tercetus suatu bisikan, ‘Ambil barang itu!’ Ada bisikan lain berkata, ‘Jangan ambil, itu bukan milikmu!’ Bisikan pertama adalah bisikan setan. Bisikan kedua adalah bisikan malaikat.” Dengan demikian, bisikan malaikat selalu mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal positif. Jadi kalau ada seseorang yang dari hari demi hari sisi kebajikan dan positifnya terus bertambah, maka yakinlah bahwa ia telah bertemu dengan lailatul qodar.

9. Meningkatkan kesehatan
Sudah banyak terbukti bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya, dengan puasa maka organ-organ pencernaan dapat istirahat. Pada hari biasa alat-alat pencernaan di dalam tubuh bekerja keras. Setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh memerlukan proses pencernaan kurang lebih delapan jam. Empat jam diproses di dalam lambung dan empat jam di usus kecil (ileum).

Jika malam sahur dilakukan pada pukul 04.00 pagi, berarti pukul 12 siang alat pencernaan selesai bekerja. Dari pukul 12 siang sampai waktu berbuka, kurang lebih selama enam jam, alat pencernaan mengalami istirahat total.

Meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli kesehatan, ternyata dengan berpuasa sel darah putih meningkat dengan pesat sekali. Penambahan jumlah sel darah putih secara otomatis akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Menghambat perkembangan atau pertumbuhan bakteri, virus dan sel kanker. Dalam tubuh manusia terdapat parasit-parasit yang menumpang makan dan minum. Dengan menghentikan pemasukan makanan, maka kuman-kuman penyakit seperti bakteri-bakteri dan sel-sel kanker tidak akan bisa bertahan hidup. Mereka akan keluar melalui cairan tubuh bersama sel-sel yang telah mati dan toksin.

Manfaat puasa yang lain adalah membersihkan tubuh dari racun kotoran dan ampas, mempercepat regenasi kulit, menciptakan keseimbangan elektrolit di dalam lambung, memperbaiki fungsi hormon, meningkatkan fungsi organ reproduksi, meremajakan atau mempercepat regenerasi sel-sel tubuh, meningkatkan fungsi fisiologis organ tubuh, dan meningkatkan fungsi susunan syaraf.

10. Penuh harapan
Saat berpuasa, ada sesuatu yang diharap-harap. Harapan itu kian besar menjelang sore. Sehari penuh menahan lapar dan minum, lalu datang waktu buka, wah… rasanya lega sekali. Alhamdulillah. Itulah harapan yang terkabul. Apalagi harapan bertemu Tuhan, masya’ Allah, menjadikan hidup lebih bermakna.

“Setiap orang berpuasa selalu mendapat dua kegembiraan, yaitu tatkala berbuka puasa dan saat bertemu dengan Tuhannya.” (HR. Bukhari).

11. Masuk surga melalui pintu khusus, Rayyaan
“Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang disebut rayyan yang akan dilewati oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, tidak diperbolehkan seseorang melewatinya selain mereka. Ketika mereka dipanggil, mereka akan segera bangkit dan masuk semuanya kemudian ditutup.” (HR. Bukhari)

12. Minum air telaganya Rasulullah saw
“Barangsiapa pada bulan Ramadhan memberi makan kepada orang yang berbuka puasa, maka itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya, dan mendapat pahala yang sama tanpa sedikit pun mengurangi pahala orang lain.

Mereka (para sahabat) berkata, ‘Wahai Rasulullah, tidak setiap kami mempunyai makanan untuk diberikan kepada orang yang berbuka puasa.’ Beliau berkata, ‘Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi buka puasa meski dengan sebutir kurma, seteguk air, atau sesisip susu…Barangsiapa memberi minum orang yang berpuasa maka Allah akan memberinya minum seteguk dari telagak dimana ia tidak akan haus hingga masuk surga.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi)

13. Berkumpul dengan sanak keluarga
Pada tanggal 1 Syawal ummat Islam merayakan Hari Raya Idhul Fitri. Inilah hari kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsu dan syetan selama bulan Ramadhan. Di Indonesia punya tradisi khusus untuk merayakan hari bahagia itu yang disebut Lebaran. Saat itu orang ramai melakukan silahtuhrahim dan saling memaafkan satu dengan yang lain. Termasuk kerabat-kerabat jauh datang berkumpul. Orang-orang yang bekerja di kota-kota pulang untuk merayakan lebaran di kampung bersama kedua orang tuanya. Maka setiap hari Raya selalu terjadi pemandangan khas, yaitu orang berduyun-duyun dan berjubel-jubel naik kendaraan mudik ke kampung halaman.

Silahturahim dan saling memaafkan itu menurut ajaran Islam bisa berlangsung kapan saja. Tidak mesti pada Hari Raya. Tetapi itu juga tidak dilarang. Justru itu momentum bagus. Mungkin, pada hari biasa kita sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga tidak sempat lagi menjalin hubungan dengan tetangga dan saudara yang lain. Padahal silahturahim itu dianjurkan Islam, sebagaimana dinyatakan hadis, “Siapa yang ingin rezekinya dibanyakkan dan umurnya dipanjangkan, hendaklah ia menghubungkan tali silaturahmi!” (HR. Bukhari)

14. Qaulan tsaqiilaa
Pada malam Ramadhan ditekankan (disunnahkan) untuk melakukan shalat malam dan tadarus al-Qur’an. Waktu paling baik menunaikan shalat malam sesungguhnya seperdua atau sepertiga malam terakhir (QS Al Muzzammil: 3). Tetapi demi kesemarakan syiar Islam pada Ramadhan ulama membolehkan melakukan terawih pada awal malam setelah shalat isya’ dengan berjamaah di masjid. Shalat ini populer disebut shalat tarawih.

Shalat malam itu merupakan peneguhan jiwa, setelah siangnya sang jiwa dibersihkan dari nafsu-nafsu kotor lainnya. Ditekankan pula usai shalat malam untuk membaca Kitab Suci al-Qur’an secara tartil (memahami maknanya). Dengan membaca Kitab Suci itu seseorang bakal mendapat wawasan-wawasan yang luas dan mendalam, karena al-Qur’an memang sumber pengetahuan dan ilham.

Dengan keteguhan jiwa dan wawasan yang luas itulah Allah kemudian mengaruniai qaulan tsaqiilaa (perkataan yang berat). Perkataan-perkataan yang berbobot dan berwibawa. Ucapan-ucapannya selalu berisi kebenaran. Maka orang-orang yang suka melakukan shalat malam wajahnya bakal memancarkan kewibawaan.

15. Hartanya tersucikan
Setiap Muslim yang mampu pada setiap Ramadhan diwajibkan mengeluarkan zakat. Ada dua zakat, yaitu fitrah dan maal. Zakat fitrah besarnya 2,5 kilogram per orang berupa bahan-bahan makanan pokok. Sedangkan zakat maal besarnya 2,5 persen dari seluruh kekayaannya bila sudah mencapai batas nisab dan waktunya.

Zakat disamping dimaksudkan untuk menolong fakir miskin, juga guna mensucikan hartanya. Harta yang telah disucikan bakal mendatangkan barakah dan menghindarkan pemiliknya dari siksa api neraka. Harta yang barakah akan mendatangkan ketenangan, kedamaian dan kesejahteraan. Sebaliknya, harta yang tidak barakah akan mengundang kekhawatiran dan ketidaksejahteraan.•
Wslam
M.Maryono, MA

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 9 Agustus 2009 inci Taushiyah